Klasifikasi dan Manfaat Tanaman Kentang
Tujuhari.com - Di Jawa Barat OPT ini disebut ‘ulat taromi’ atau ‘salisip’. Selain menggerek umbi kentang di gudang, OPT ini juga dapat merusak daun pada pertanaman kentang di lapangan.
Kentang
1. Ulat Penggerek Daun/Umbi : Phthorimaea operculella Zell
Famili : Gelechiidae
Ordo : Lepidoptera
Morfologi/Bioekologi
Ngengat berwarna coklat kelabu, kecil dan aktif pada malam hari. Pada siang hari ngengat bersembunyi di bawah helaian daun atau pada rak-rak penyimpanan umbi di gudang. Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7 - 16 hari, sedangkan lama hidup ngengat jantan berkisar antara 3 - 9 hari.
Telur berukuran kecil, agak lonjong atau berbentuk bulat panjang, diletakkan pada permukaan bawah daun atau pada permukaan umbi yang tersembul di permukaan tanah. Di gudang, telur hampir selalu diletakkan pada permukaan atas umbi di sekitar mata tunas.
Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat pula berwarna kehijau-hijauan. Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat lubang dan lorong pada umbi. Panjang larva yang sudah berkembang sempurna sekitar 1 cm. Stadium larva berkisar antara 10 - 16 hari.
Pupa terdapat dalam kokon yang tertutup oleh butiran tanah. Di dalam gudang, pupa terdapat pada bagian luar umbi, biasanya pada mata tunas atau pada rak-rak gudang penyimpanan kentang. Lama stadium pupa adalah 6 - 9 hari.
Hama penggerek daun/umbi tersebut menyebar di daerah sentra produksi kentang, antara lain di DI Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Utara.
Gejala serangan
Daun yang terserang terlihat berwarna merah tua dan nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun kentang menggulung yang disebabkan oleh ulat yang merusak permukaan daun sebelah atas, bersembunyi dalam gulungan daun tersebut.
Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat oleh ulat sewaktu memakan umbi.
Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudang penyimpanan, hama tersebut merusak bibit kentang yang disimpan selama 3 – 5 bulan sebelum tanam.
Tanaman inang lain
Tanaman inang OPT ini adalah tanaman kentang, tomat, kecubung, bit gula, terung dan tembakau.
2. Kutu Daun Persik : Myzus persicae Sulz.
Famili : Aphididae
Ordo : Homoptera
Morfologi/Bioekologi
M. persicae adalah kutu daun yang berwarna kuning kehijauan atau kemerahan. Baik kutu muda (nimfa atau apterae) maupun dewasa (imago atau alatae) mempunyai antena yang relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya. Panjang tubuh kurang lebih 2 mm. Tubuh lembut seperti buah pir.
Hidupnya berkelompok pada bagian bawah helaian daun atau pada pucuk tanaman. Nimfa dan imago mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun persik berwarna hitam.
Kutu daun dewasa dapat menghasilkan keturunan (nimfa) tanpa melalui perkawinan. Sifat ini disebut Partenogenesis. Satu ekor dewasa dapat menghasilkan kira-kira 40 ekor nimfa. Selama tidak mengalami gangguan dan makanan cukup tersedia, kejadian tersebut berlangsung terus menerus sampai populasi menjadi padat.
Nimfa terdiri atas 4 instar. Nimfa-nimfa yang dihasilkan tersebut pada 7 - 10 hari kemudian akan menjadi dewasa dan dapat menghasilkan keturunan lagi. Lama stadium tersebut tergantung pada suhu udara.
Hama kutu daun tersebut antara lain terdapat di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Gejala serangan
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan tampak berbercak-bercak. Pada bagian tanaman yang terserang akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan berkerut-kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian layu dan mati.
Kutu daun merupakan vektor penting yang dapat menularkan penyakit virus menggulung daun kentang (Potato Leaf Roll Virus/PLRV) dan virus Y (Potato Virus Y/PVY). Gejala serangan penyakit virus tersebut adalah daun-daun kentang menggulung ke atas (PLRV) atau kekuning-kuningan (gejala mosaik) karena serangan PVY.
Tanaman inang lain
Tanaman inangnya lebih dari 400 jenis, dengan inang utama pada sayuran adalah cabai, kentang dan tomat. Kutu ini dapat berperan sebagai vektor lebih dari 90 jenis virus penyakit pada sekitar 30 famili tanaman antara lain meliputi jenis kacang-kacangan, bit-gula, tebu, kubis-kubisan, tomat, kentang, jeruk dan tembakau.
3. Hama Trips : Thrips palmi Karny
Famili : Thripidae
Ordo : Thysanoptera
Morfologi/Bioekologi
Seperti halnya dengan kutu daun, trips berkembang biak secara partenogenesis. Hama ini bersifat kosmopolitan dan tersebar luas di seluruh Indonesia.
Serangga dewasa berukuran 1 - 1,2 mm dan warnanya kuning pucat sampai coklat kehitaman. Serangga jantan tidak bersayap, sedangkan serangga betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan berumbai. Pada musim kemarau populasinya biasanya lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Lama hidup dewasa sekitar 20 hari.
Telur trips berbentuk oval atau seperti ginjal dengan rerata jumlahnya 80 butir tiap induk. Telur diletakkan secara terpisah di dalam jaringan tanaman dan akan menetas setelah 3 - 8 hari.
Nimfa berwarna putih atau kekuning-kuningan. Nimfa instar pertama dan kedua aktif sedangkan nimfa instar selanjutnya tidak aktif. Telur dan nimfa yang aktif berada di permukaan bawah daun, sedangkan nimfa yang tidak aktif kemungkinan berada di permukaan tanah. Daur hidup T. palmi sekitar 7 - 12 hari.
Hama trips tersebut antara lain terdapat di Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
Gejala serangan
Gejala kerusakan karena trips dapat berat sekali bila cuaca kering. Kerusakan secara langsung terjadi karena trips mengisap cairan daun. Daun terserang berwarna keperak-perakkan atau kekuning-kuningan seperti perunggu pada permukaan bawah daun. Karena cairan sel diisap daun menjadi berkerut. Serangan berat dapat mengakibatkan semua daun mengering lalu mati.
Tanaman inang lain
Trips bersifat polifag dengan tanaman inang lebih dari 300 jenis. Selain kentang tanaman inang utamanya adalah tembakau, ubi jalar, mentimun, semangka dan tanaman dari famili kubis-kubisan.
5. Pengorok Daun : Liriomyza huidobrensis
Famili : Agromyzidae
Ordo : Diptera
Morfologi/Bioekologi
Lalat L. huidobrensis berukuran panjang 1,7 – 2,3 mm. Sebagian besar tubuhnya berwarna hitam mengkilap, kecuali skutelum dan bagian samping toraks serta bagian tengah kepala berwarna kuning. Telur berwarna putih bening, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm. Larva berwarna putih susu atau putih kekuningan, dan yang sudah berusia lanjut berukuran 3,5 mm. Puparium berwarna kuning-keemasan hingga coklat-kekuningan, berukuran 2,5 mm.
Pada tanaman kentang, lama stadium telur berlangsung 2 – 4 hari, stadium larva 6 – 12 hari, dan stadium pupa 9 – 12 hari. Imago betina mampu hidup selama 6 – 14 hari, dan imago jantan 3 – 9 hari. Perkawinan terjadi sehari setelah imago keluar dari pupa, dan pada hari berikutnya imago mulai meletakkan telur. Jumlah telur yang diletakkan oleh betina selama hidupnya berkisar 50 – 300 butir, dengan rerata 160 butir. Siklus hidup lalat L. huidobrensis pada tanaman kentang berkisar 22 – 25 hari.
Lalat betina menusuk permukaan atas atau bawah daun dengan alat peletak telurnya (ovipositor). Lalat betina dan jantan kemudian makan cairan daun yang keluar dari tusukan tadi. Penusukan juga dilakukan oleh lalat betina pada saat menyisipkan telurnya dalam jaringan daun.
Larva yang baru keluar dari telur segera mengorok jaringan mesofil daun, dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya. Korokan ini makin melebar dengan makin besarnya ukuran larva. Volume jaringan daun yang dapat dimakan oleh larva instar-3 sebanyak 600 kali lipat lebih banyak dari pada larva instar-1. Larva instar-3 yang telah berumur lanjut kemudian keluar dari liang korokan untuk berkepompong. Umumnya L. huidobrensis berkepompong dalam tanah. Pada ketimun dan kacang merah puparium sering ditemukan pada permukaan bawah daun, bahkan pada bawang merah sering ditemukan menempel pada permukaan bagian dalam rongga daun bawang.
Hama tersebut berasal dari Amerika latin dan kini telah menyebar di berbagai negara di Eropa, Afrika dan Asia (Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam), Thailand, Srilangka, India, Pakistan, Laos, China dan Banglades).
Gejala serangan
Pada daun menunjukkan bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok. Pada keadaan serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan sehingga menjadi kering dan berwarna cokelat seperti terbakar.
Serangan dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan tanah dan berlanjut hingga fase reproduksi. Pada ketimun, larva mulai menyerang sejak kotiledon terbentuk. Dampak serangan hama ini terhadap hasil tergantung pada jenis tanaman, saat serangan terjadi dan tingkat kerusakan. Secara umum kerusakan karena korokan larva lebih merugikan dari pada kerusakan karena tusukan ovipositor. Namun pada sayuran daun seperti horenso (sejenis sawi), gejala bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor sudah mampu menurunkan harga jual.
Tanaman inang lain
L. huidobrensis merupakan hama polifag yang menyerang banyak tanaman inang, khususnya tanaman sayuran dari famili Solanaceae, Cruciferae, Cucurbitaceae, Leguminosae, Liliaceae, Umbilliferae, Chenopodiaceae, Amaran-thaceae dan Compositae. Jenis sayuran yang diserang meliputi tomat, seledri, wortel, ketimun, caisin, bit, selada, horenso, kacang merah, kubis, cabai, gambas, kapri, brokoli, lettuce, bawang daun, bayam, bawang merah, buncis, dan terung. Selain tanaman sayuran, hama tersebut juga menyerang tanaman hias antara lain krisan serta berbagai jenis gulma yaitu babadotan, sawi tanah, senggang, bayam liar dan sejenisnya.